Kediaman Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum di Jalan Teluk Langsa, Duren Sawit, Jakarta Timur, tampak sepi, Rabu (13/2/2013). |
Sejak menyatakan berhenti sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum jadi seperti ”selebritas” di kalangan tokoh politik Indonesia. Rumahnya di Jalan Teluk Semangka, Duren Sawit, Jakarta Timur, tak henti dikunjungi para politisi dari sejumlah partai.
Kunjungan itu sudah dimulai setelah Anas ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus Hambalang oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jumat (22/2) malam. Hanya beberapa jam setelah KPK mengumumkan status Anas, rumahnya mulai kebanjiran tamu.
Mula-mula yang datang adalah para pengurus Partai Demokrat yang dikenal dekat dengan Anas. Mereka, antara lain, Wakil Sekretaris Jenderal Saan Mustopa; Ketua Divisi Komunikasi Publik Gede Pasek Suardika; Sekretaris Bidang Agama DPP Demokrat Makmun Murod; anggota Divisi Pembinaan Organisasi DPP Demokrat Syamsul Bahara, dan Wakil Direktur Eksekutif DPP Demokrat Muhammad Rahmad.
Setelah itu, sahabat Anas dari luar Demokrat juga mulai berdatangan, seperti fungsionaris DPP Partai Golkar, Yoyo Wahab, dan beberapa pengurus Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI). Menjelang per- gantian hari, politisi senior Partai Golkar, Akbar Tandjung, tiba.
Malam berikutnya, rumah Anas juga didatangi beberapa tokoh nasional, seperti Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD dan bos MNC Group Hary Tanoesoedibjo. Mahfud datang dalam kapasitas sebagai Ketua Presidium Majelis Nasional KAHMI. Kebetulan, Anas juga menjadi anggota Presidium Majelis Nasional KAHMI.
Pada Minggu malam, sejumlah politisi kembali hadir di rumah Anas, antara lain, dua politisi Partai Hanura yang dulu aktif di HMI, Yuddy Chrisnandi dan Erik Satrya Wardhana. Ada juga politisi Partai Golkar yang juga Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso; mantan Ketua BPK Anwar Nasution; dan mantan politisi PKS, Misbakhun.
Kemarin, Anas kembali bertemu sejumlah kawan mantan aktivis HMI. Jejaring politik Anas memang dibentuk bukan hanya dari pengalaman di Demokrat. Pengalaman sebagai Ketua Umum Pengurus Besar HMI membuat pergaulannya luas karena banyak mantan aktivis HMI menjadi pejabat atau politisi. Maka, wajar bila tamu yang bertandang ke rumahnya setelah penetapan Anas sebagai tersangka berasal dari banyak partai.
Lalu, kira-kira apa tujuan para politisi itu mengunjungi Anas? Apakah ada kaitan dengan pernyataan Anas yang terkesan hendak menunjukkan perlawanan? Apakah Anas terus menghimpun bahan dan kekuatan untuk dijadikan kartu truf?
Sinyal perlawanan Anas makin kuat seperti disampaikan Muhammad Rahmad bahwa Anas bertekad berdiri di barisan terdepan dalam penegakan hukum dan pemberantasan korupsi. Anas bahkan diyakini punya data terkait penyelewengan sejumlah kasus, termasuk megaskandal dana talangan Rp 6,7 triliun untuk Bank Century.
Saat ditanya wartawan, semua tamu itu menjawab kompak: kunjungan hanya silatura- him, untuk memberikan dukungan, dan tidak ada kaitan dengan kasus hukum Anas. Meski begitu, ada pula yang menyinggung masalah Anas adalah soal politik. Yuddy Chrisnandi menyebut masalah Anas sebagai ”musibah politik”.Sumber Kompas.com
0 comments:
Posting Komentar