Home » » Chavez, Meyakini Sosialisme Hingga Mati

Chavez, Meyakini Sosialisme Hingga Mati

Hugo Chavez
Hugo Chavez, Presiden Venezuela yang menyatakan dirinya sebagai "sosialis abad ke-21" dan musuh Amerika Serikat, meninggal Selasa (5/3/2013). Hal itu diumumkan Wakil Presiden Nicolas Maduro. Chavez, yang telah lama berjuang melawan kanker, berusia 58 saat meninggal.
Perjalanan Chavez menuju kursi presiden pada tahun 1999 mewarnai era baru  politik Venezuela dan hubungan negara itu di dunia internasional. Chavez adalah presiden sayap kiri pertama di kawasan Amerika Latin, sebelum diikuti pemimpin lainnya di kawasan tersebut.
Mantan tentara penerjun payung ini terkenal dengan pidatonya yang panjang mengenai berbagai hal, mulai kejahatan kapitalisme hingga cara yang tepat untuk menghemat air saat mandi.
Sebagai seteru AS yang paling vokal di kawasan itu, ia mempengaruhi para pemimpin lainnya untuk mengambil sikap yang sama terhadap Paman Sam.
Namun bulan-bulan terakhir kehidupan Chavez ditandai dengan keheningan akibat kondisi kesehatannya yang memburuk. Chavez menjalani operasi keempat pada tanggal 11 Desember 2013 di Kuba, dan semenjak itu tidak terlihat lagi di hadapan rakyatnya. Sejumlah foto yang dirilis pada bulan Februari adalah foto terakhir Chavez yang beredar di masyarakat.
Meski kondisinya makin memburuk, pemerintah tetap menyuarakan pesan penuh harapan akan kembalinya Chavez sebagai pemimpin mereka. Harapan itu terus dihembuskan walau presiden yang baru terpilih kembali itu makin lemah dalam perjuanagnnya melawan infeksi pernafasan.
Semasa berkuasa, Chavez mengkampanyekan rencana ambisius untuk mengubah Venezuela yang kaya minyak, menjadi negara sosialis dalam apa yang disebutnya Revolusi Bolivarian. Nama itu diambil dari idola Chavez, Simon Bolivar, pejuang kemerdekaan negara-negara Amerika Selatan di awal tahun 1800an.
"Setelah melakukan banyak diskusi, membaca, debat, dan melakukan perjalanan di seluruh dunia, saya yakin - dan saya meyakini hal selama hidup saya - bahwa jalan menuju dunia baru yang lebih baik bukan melalui kapitalisme. Jalan yang benar adalah sosialisme," kata Chavez dalam program televisi mingguannya di tahun 2005.
Chavez menmanfaatkan kekayaan minyak Venezuela, yang meningkat secara dramatis selama masa jabatannya, untuk menjalankan program-program sosial bagi warganya yang miskin. Dia memperluas monopoli minyak negara untuk pendanaan "misi sosial" bernilai jutaan dolar. Program yang mendapat banyak dana antara lain pemberantasan buta huruf, menyediakan makanan pokok terjangkau dan memberikan akses ke pendidikan tinggi.
Namun Chavez juga meninggalkan warisan berupa penindasan terhadap politisi dan media yang menentangnya.
Dia memusatkan kekuasaan di badan eksekutif dengan mengubah lembaga-lembaga yang sebelumnya independen - seperti peradilan, badan pemilihan umum, dan militer - menjadi loyalis partisan.
Melalui keputusan-keputusan yang pro presiden, lawan-lawan politiknya diganjal saat mencalonkan diri dalam pemilu melawan partai yang berkuasa.
Pemerintah Chavez juga membungkam media-media oposisi. Ia mengesahkan undang-undang yang memaksa puluhan radio dan stasiun televisi tidak lagi memiliki hak siaran.
Lawan-lawan politik Chavez juga mengkritik program-program sosialnya, yang dianggap tidak berkelanjutan dalam jangka panjang. Pengontrolan terhadap harga, misalnya, justru mendongkrak laju inflasi, sedangkan pengambilalihan lahan-lahan pertanian oleh negara membuat produksi tertekan.
Namun sebagai pembelaan, dalam sebuah pidato panjang tanpa teks, Chavez menuduh Amerika Serikat berada di pihak oposisi yang mencoba mengatur penggulingannya, dan menyebut Presiden George W. Bush sebagai iblis di depan Majelis Umum PBB.
Selain program-program sosial dalam negeri, pemerintah Chavez juga memompa uang untuk kebijakan luar negerinya. Chavez menginvestasikan jutaan dolar dalam minyak dan uang tunai di negara-negara yang memiliki ideologi serupa.
Chavez menganggap mantan pemimpin Kuba Fidel Castro sebagai mentornya. Ia juga menyekutukan Venezuela dengan Iran dan negara-negara lain yang menentang Amerika Serikat.
Meski mengagumi Castro, Chavez menjadikan Simon Bolivar sebagai sumber inspirasinya, bahkan mengubah nama negaranya menjadi Republik Bolivarian Venezuela.

Chavez sendiri menjadi semacam mentor bagi orang-orang lain. Para pemimpin kiri yang terpilih setelah Chavez, seperti Evo Morales di Bolivia, Rafael Correa di Ekuador dan Daniel Ortega di Nikaragua, mengikuti gaya Chavez dalam beberapa hal.
Walau sering berpidato panjang lebar dan berapi-api, Chavez juga bisa menjadi sangat tertutup. Dia lama menutupi sakit kankernya, dan tidak pernah menjelaskan jenis kanker apa yang menggerogotinya. Orang-orang Chavez di pemerintahan merahasiakan rincian perawatan presiden dan kondisi kesehatannya yang terus menurun, hingga ajal menjemputnya.

Kematian Presiden Venezuela ini meninggalkan kondisi yang tak mudah diprediksi, mengingat tidak ada penerus yang kuat dari partainya, dan kondisi oposisi yang masih gamang. Kematian Chavez bisa berarti digelarnya pemilu, meskipun Chavez berkehendak Maduro menggantikannya.

Sumber Kompas.com
Share this article :

0 comments:

Posting Komentar

 
Support : Agen Bola terpercaya | Agen Bola Terpercaya | Agen Bola Terpercaya
Copyright © 2013. CYBER UNIK UNIK - All Rights Reserved
Agen Judi Bola Terpercaya Agen Bola Terpercaya A Agen Bola Terpercaya
Proudly powered by Blogger