Presiden Israel Simon Peres berencana meminta
pembebasan mata-matanya, Jonathan Jay Pollard, saat bertemu Presiden
Amerika Serikat Barack Obama yang saat ini sedang berkunjung ke negara
itu. Pollard divonis penjara seumur hidup dan kini masih menjalani
hukumannya di Penjara Carolina Utara. Obama tiba di Tel Aviv, Rabu 20
Maret 2013.
Bagaimana ceritanya sehingga aksi pengkhianatan Pollard, yang saat
itu masih berstatus sebagai analis Angkatan Laut Amerika Serikat, bisa
terbongkar?
Situs intelnews.org, pada 11 Juni 2012 lalu, menulis soal ini dengan
mengutip wawancara reporter dan produser untuk Radio BBC program
Witness, Mike Lanchin, dengan Ron Olive, mantan Asisten Agen Khusus
Kontra-intelijen Angkatan Laut AS, yang pada Juni 1986 membongkar kasus
ini.
Menurut Olive, ia dan timnya butuh waktu lebih dari enam bulan untuk
mengumpulkan bahan untuk memulai kasus melawan Pollard. Berdasarkan
hasil tim investigasinya, Pollard mencuri banyak dokumen yang
berklasifikasi sangat rahasia, melebihi dari mata-mata lainnya dalam
sejarah negara ini, meski hanya dalam periode yang singkat.
Investigasi yang dilakukan tim Olive menunjukkan bahwa kontak pertama
Pollard dengan intelijen Israel terjadi tahun 1984, hampir tak lama
setelah ia mulai bekerja untuk Kantor Intelijen Angkatan Laut (US Office
of Naval Intelligence -ONI). Kantor Olive mulai waspada setelah Pollard
terlihat meninggalkan kantornya membawa amplop cokelat di bawah
lengannya saat ia bersama koleganya di ONI.
Reaksi Olive awalnya meremehkan dan tahu bahwa Pollard tak cukup
cerdas untuk melaksanakan aksi spionase. Tapi ia setuju untuk
mengawasinya. Ternyata, analis AL itu didapati sering meninggalkan
kantornya dengan membawa amplop cokelat berisi dokumen.
Akhirnya, Olive, bersama agen FBI, menggeledah rumah Pollard, di mana
mereka kemudian menemukan dokumen dengan klasifikasi rahasia dalam
jumlah banyak di kamar mandi dan di bawah kasurnya.
Dalam pemeriksaan, Pollard mengatakan kepada badan kontraintelijen
bahwa ia sering membawa bahan-bahan ke rumah karena ia tak memiliki
cukup waktu untuk menyelesaikan tugas administrasinya di kantor. Kata
Olive, agen FBI mempercayai alasan itu dan tak meneruskan pengusutan
kasus ini.
Tapi Olive bertahan dan menginginkan agar Pollard diuji dengan alat
pendeteksi kebohongan. Setelah Pollard menolak tes itu, Olive
menginterogasinya selama 3 jam, di mana akhirnya sang analis menyerah
dan mengaku bahwa dia dibayar lebih dari US$ 30 ribu oleh handler-nya
sebagai balasan atas aksi mata-matanya itu.
Pollard akhirnya ditangkap tahun 1985 setelah ia dan istrinya, Anne,
berusaha –tapi gagal– untuk mendapatkan suaka di Kedutaan Besar Israel
di Washington DC.
Siapa yang menjadi handler Pollard? Pengadilan atas kasus Pollard
akhirnya menyebut nama Kolonel Aviem Sella, veteran di Angkatan udara
Israel, sebagai orang yang merekrutnya. Saat itu, Sella baru lulus dari
New York University, setelah meninggalkan posisinya sebagai kolonel
karena ingin mengejar gelar master dalam ilmu komputer.
Usai perkenalan dengan Sella awal 1984, Pollard mulai memberikan
informasi rahasia kepadanya. Imbalannya, Pollard mendapatkan uang tunai
$10 ribu dan cincin berlian dan saphir sangat mahal, yang akhirnya
digunakannya untuk menikah dengan pacarnya, Anne. Pollard juga
dikabarkan setuju menerima $1.500 per bulan untuk aktivitas mata-mata
berikutnya.
Sebagian rincian kasus Pollard ini masih tetap dirahasiakan. Namun
dokumen yang baru-baru ini dibuka, yaitu Dokumen Penilaian Kerusakan
oleh CIA tahun 1987 menyatakan, instruksi yang diterima Pollard adalah
terutama untuk memberikan Israel dengan data intelijen Amerika soal
dukungan militer Uni Soviet terhadap negara Arab. Termasuk informasi
mengenai bahan kimia dan senjata biologi negara Arab.
Pollard dilaporkan mengirimkan satu koper penuh berisi salinan
dokumen rahasia ke Israel setiap dua minggu. Dokumen penilaian CIA itu
juga menyatakan, pengungkapan informasi yang dilakukan Pollard itu
menimbulkan risiko yang berlipat ganda terhadap sumber-sumber intelijen
Amerika dan metodenya, serta bagi kepentingan kebijakan luar negeri
Amerika.
0 comments:
Posting Komentar