Fosil Kepiting Laba-laba Tertua Ditemukan
Para peneliti berhasil menemukan delapan spesies terbaru dari krustasea
yang masih utuh, termasuk kepiting laba-laba (spider crab, sejenis
kepiting laut berukuran besar) yang diketahui hidup 100 juta tahun yang
lalu, dalam fosil karang yang ditemukan di bagian utara Spanyol.
Fosil-fosil
itu ditemukan di wilayah penggalian Koskobilo yang terpencil, bersama
dengan sejumlah dekapoda (jenis hewan seperti kepiting, udang, dan
lobster). Dua spesies kepiting laba-laba yang tertua, Cretamaja
granulata dan Koskobilius postangustus jauh lebih tua dibanding yang
pernah tercatat sebelumnya, demikian dikatakan penulis hasil
penelitiannya, Adiƫl Klompmaker, seorang peneliti di Florida Museum of
Natural History di University of Florida.
“Spesies tertua yang
sebelumnya ditemukan berasal dari Prancis dan beberapa juta tahun lebih
muda,” kata Adiel kepada LiveScience, tentang kepiting laba-laba.
“Penemuan di Spanyol ini cukup mengagumkan dan memberikan pengetahuan
mengenai asal kepiting laba-laba dari berbagai fosil.”
Cretamaja
granulate memiliki panjang 15 milimeter dan memiliki tampilan khas
kepiting laba-laba, termasuk dua tulang belakang yang menyimpang yang
keluar dari rostrum-nya (bagian tambahan dari cangkang atau di kulitnya,
yang terletak di depan mata) dan membentuk kulit di atas cangkangnya.
Fosil kepiting laba-laba itu juga memiliki tulang belakang pada di sisi
tubuh bagian depannya.
Tempat fosil karang itu ditemukan
tampaknya musnah tak lama setelah mahluk tersebut hidup. “Sesuatu
terjadi di lingkungan itu yang menyebabkan karang di wilayah tersebut
musnah, dan dengan ini, kemungkinan ada banyak dekapoda yang tinggal di
karang tersebut,” kata Adiel. “Tidak banyak dekapoda di masa berikutnya
yang ditemukan setelah karang tersebut musnah,” tambah Adiel, yang
menjelaskan temuannya dalam jurnal “Cretaceous Research” edisi
mendatang.
Dengan tim peneliti yang berasal dari Amerika Serikat,
Belanda, dan Spanyol, Adiel mengumpulkan fosil-fosil di wilayah
penggalian Koskobilo pada 2008, 2009, dan 2010.
“Kami mengunjungi
tempat itu di 2008 dan dalam dua jam pertama kami menemukan dua
spesies,” kata Adiel dalam sebuah pernyataan. “Itu menakjubkan, itu
sesuatu yang jarang terjadi.”
Dengan penemuan baru tersebut, 36
spesies dekapoda diketahui pernah hidup di lokasi penggalian yang tidak
berpenghuni itu, menjadikan tempat itu sebagai salah satu lokasi tempat
hidup dekapoda yang paling beragam selama masa Cretaceous (145 sampai 66
juta tahun yang lalu), kata Adiel.
Para peneliti juga menemukan
bahwa ada banyak jenis dekapoda kuno yang hidup di karang, tempat mereka
berkembang biak dengan baik dibanding tempat lain di lautan.
“Salah
satu hasil utama dari penelitian ini adalah ada banyak spesies dekapoda
yang hidup di karang tersebut pada masa Cretaceous, tulis Adiel dalam
sebuah email. “Kemunculan koral dianggap memicu keberagaman dekapoda
pada awal 100 juta tahun yang lalu serta menjadi sarang bagi spesies
tersebut.”
Tahun lalu Adiel melaporkan penemuan fosil lobster
kecil yang hidup bersama di cangkang moluska yang dikenal sebagai
“ammonoid”. Lobster yang hidup bersama tersebut ditemukan di tempat
penggalian berbatu di selatan Jerman, temuan tersebut menunjukan bahwa
krustasea yang menakutkan tersebut hidup sekitar 180 juta tahun yang
lalu, masa saat krustasea kecil hidup.
“Ini merupakan contoh
tertua dari tingkah laku sosialisasi dalam catatan fosil, dan tidak
hanya lobster namun semua kelompok dekapoda — termasuk lobster, udang,
dan kepiting,” kata Adiel, yang saat itu berada di Kent State
University. “Apa yang terungkap dari temuan ini adalah jenis tingkah
laku berkelompok tersebut bisa sangat menguntungkan dalam tahap awal
evolusi krustasea.”
0 comments:
Posting Komentar